Apel pagi diawali dengan berbaris rapi, melatih keteraturan dan kepatuhan terhadap aturan bersama. Seluruh pelajar kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya, sebuah praktik nasionalisme yang konsisten ditanamkan di Ma’had Al Zaytun sebagai wujud cinta tanah air. Lagu kebangsaan tidak diposisikan sebagai formalitas, melainkan sebagai sarana membangun kesadaran bahwa Indonesia adalah rumah bersama yang harus dijaga dan dimuliakan.
Setelah itu, pelajar mengikuti apersepsi kebangsaan dan global, dengan narasi: Indonesia Rumahku; Asia Halaman Rumahku; Australia, Afrika, Amerika dan Eropa Tempat Rekreasiku. Apersepsi ini menanamkan cara pandang luas bahwa pelajar MI bukan hanya warga sekolah atau daerah, melainkan bagian dari masyarakat dunia—berakar kuat di Indonesia, namun berpikiran global.
Rangkaian apel pagi dilanjutkan dengan pembacaan Sapta Janji Dharma Bakti dalam tiga bahasa—Bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris. Penggunaan tiga bahasa ini sekaligus melatih keberanian berbahasa, memperluas wawasan kebahasaan, dan menegaskan identitas pelajar Ma’had Al Zaytun sebagai generasi yang siap hidup di lingkungan nasional maupun internasional. Setelah itu, apel ditutup dengan doa sebelum belajar, sebagai pengingat bahwa ilmu dan proses belajar adalah bagian dari ibadah kepada Allah.
Sebelum pelajar memasuki kelas, guru melakukan pemeriksaan kebersihan kuku dan rambut. Langkah sederhana ini mengajarkan bahwa kebersihan adalah bagian dari iman dan disiplin diri, serta menjadi syarat terciptanya lingkungan belajar yang sehat dan nyaman. Setelah seluruh rangkaian selesai, pelajar masuk ke kelas dengan kondisi fisik, mental, dan emosional yang lebih siap.
Menurut Kepala Bagian Kesiswaan MI Ma’had Al Zaytun, Ustadz Amirul Fajar Wahdana, S.Pd., apel pagi memiliki peran penting dalam keseluruhan ekosistem pendidikan MI. Ia menjelaskan bahwa apel pagi diadakan untuk melatih sikap disiplin, tanggung jawab, dan kesiapan pelajar sebelum memulai pembelajaran. Kegiatan ini menjadi titik awal pembentukan ritme harian yang tertib dan terarah.
Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa apel pagi membentuk karakter pelajar MI dengan menanamkan sikap hormat, kebersamaan, kepatuhan terhadap aturan, serta nilai religius dan nasionalis. Rutinitas seperti berbaris, berdoa, dan mendengarkan arahan secara tidak langsung membangun rasa percaya diri dan tanggung jawab sosial sejak dini.
Dari sisi kesiapan akademik, apel pagi juga berpengaruh signifikan. Dengan adanya pengarahan dan penataan suasana di pagi hari, pelajar menjadi lebih fokus, tenang, dan siap menerima pelajaran di kelas. Apel pagi berfungsi sebagai jembatan transisi yang efektif dari aktivitas luar menuju proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih kondusif.
Melalui kegiatan apel pagi ini, MI Ma’had Al Zaytun menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi dimulai sejak pelajar menata barisan, menyanyikan lagu kebangsaan, mengucap janji, dan membersihkan diri. Inilah praktik nyata dari motto pendidikan Ma’had Al Zaytun: Menanam Kesadaran, Menumbuhkan Kemanusiaan—menanam kesadaran akan disiplin, identitas, dan tanggung jawab, sekaligus menumbuhkan manusia yang berkarakter, beradab, dan siap hidup bermakna di tengah masyarakat.
Oleh: Mochamad Iqbal Aulia, S. Sos. Kepala MI Ma'had Al Zaytun

Tidak ada komentar:
Posting Komentar